Sabtu, 26 Oktober 2013

112 Kabupaten/Kota Kembangkan Kota Hijau

Siaran Pers – Jakarta, 24 Oktober 2012 – Dalam setahun ini, setidaknya 112 kabupaten/kota telah berkomitmen sebagai peserta aktif dalam pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Program ini juga didukung kegiatan peningkatan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) secara terpadu yang dalam tiga tahun terakhir telah berhasil meningkatkan kualitas sebesar 194 Ha.
“Sejak dimulai pada tahun 2011, terdapat 112 kabupaten/kota yang telah berkomitmen sebagai peserta aktif dalam P2KH. Sedangkan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) merupakan upaya bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melestarikan aset budaya dan mengelola ruang kota yang memiliki nilai-nilai pusaka untuk menciptakan Kota Pusaka Indonesia dan Kota Pusaka Dunia,” jelas Menteri PU Djoko Kirmanto.
Djoko menambahkan, Kementerian PU mendukung pembangunan prasarana dan sarana dengan berbasis penataan ruang dan keterpaduan lintas sektor pada setiap entitas/wilayah. Pada entitas regional, PU mendorong pembangunan infrastruktur permukiman berskala regional di kota metropolitan dan kota besar, seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional.
Pada entitas kabupaten/kota dilaksanakan berbagai program non-fisik seperti rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman, Rencana Induk SPAM (RI-SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan peraturan daerah tentang bangunan gedung.
Kementerian PU selalu bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kapasitas dan kemandirian mengelola perkotaan untuk meningkatkan inisiatif dan inovasi daerah. Misalnya, pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP).
Pada inisiasi awal telah dilakukan kampanye publik dan peningkatan kapasitas Pemda di 28 kabupaten/kota peserta P3KP. Kementerian PU juga telah melakukan revitalisasi kawasan bangunan bersejarah dan permukiman tradisional di 222 kabupaten/kota pada kurun waktu tahun 2010-2013.
Sedangkan mulai tahun 2013 ini, sedang diinisiasi Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Berkelanjutan (P3KPB), dan telah diidentifikasi 174 kabupaten/kota yang akan berpartisipasi melaksanakan program mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
Upaya penanganan permukiman kumuh entitas kawasan juga didukung pengembangan sistem penyediaan air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang telah dibangun di 1079 kawasan, dan sistem air limbah komunal di 1638 kawasan. Selama kurun waktu 2010 – 2013, pada entitas lingkungan/komunitas,
Kementerian PU melibatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan infrastruktur permukiman, seperti melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di 10.950 kelurahan, Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di 6.930 desa, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) di 228 kawasan, serta Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di 15.354 desa.
“Selain itu kita tangani dengan gerakan jambore sanitasi, tidak boleh lagi ada orang membuang sanitasi sembarangan. Sekarang kita sedang membangun kawasan limbah terpusat di 15 zona, sekarang baru dimulai 1 zona di Jakarta, jadi memang jauh sekali, mungkin kita baru selesai 2030-2050 makanya harus ada terobosan, pasti kita usahakan untuk kawasan limbah terpusat,” tutup Djoko.

Selasa, 15 Oktober 2013

Aksi Hijau "Resik Kali"

Kampanye Pengurangan Sampah Plastik di Pasar Beran dan Bersih Sungai Saluran Kali Ketonggo

 

 Berkurangnya kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan khususnya masyarakat Kabupaten Ngawi seringkali menjadi masalah tersendiri. Secara teknis Ngawi adalah salah satu kota yang menyandang gelar Adipura, namun secara umum kearifan lokal terhadap lingkungan (sungai) masih kurang. Masih banyak penduduk yang belum mengerti fungsi dari sungai sebenarnya. Budaya membuang sampah di sungai, B.A.B di sungai  dan lain sebagainya yang bersifat negatif sering kali menjadi kebiasaan. Ditambah dengan budaya modern tentang penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari yang dinilai praktis oleh sebagian masyarakat telah menimbulkan masalah yang cukup serius. Seperti kita ketahui bahwa menumpuknya sampah plastik di area sungai dapat merusak nilai estetis dan nilai ekologis sungai itu sendiri. 
Dengan dasar tersebut di atas, maka Forum Komunitas Hijau Kota Ngawi mengadakan aksi hijau untuk membersihkan daerah aliran sungai dari sampah plastik. Aksi ini sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat tentang bahaya plastik terhadap lingkungan serta membuka kesadaran masyarakan tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

Diselenggarakn pada tanggal 6 Oktober 2013 aksi hijau ini diikuti oleh berbagai komunitas  masyarakat, antara lain PASTI MANIA, PMR SMAN 1 Ngawi, Warga Wareng, Ngawi Photography, serta didukung oleh pemerintah Kab. Ngawi, khususnya Dinas PU BMCK. Aksi hijau ini merupakan pengaplikasian Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang digagas oleh Kementrian Pekerjaan Umum.  
Bentuk aksi ini meliputi :
·        Membersihkan Sampah Plastik di Saluran Sungai Ketonggo.
·         Penanaman Pohon di Bantaran Saluran Sungai Ketonggo dan penyebaran Benih Ikan.
·         Kampanye Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik di Pasar Beran Ngawi.
-          Pembagian Shoping-Bag kepada pengunjung dan pedagang Pasar Beran
-          Pembagian dan Penempelan Stiker
-          Pemasangan Rambu-rambu Lingkungan di sekitar Pasar Beran dan Saluran Kali Ketonggo

Lihat Videonya di sini
http://www.youtube.com/watch?v=6qqE1M8tYss






Senin, 14 Oktober 2013

Mari Berkebun SMA PGRI 1 NGAWI di Base-Camp FKH NGAWI

Diklat PMR SMA PGRI 1 NGAWI Diwarnai dengan Aksi Berkebun


Pada tanggal 21-22 September 2013 kemarin, Base Camp FKH Ngawi dikunjungi oleh teman-teman dari SMA PGRI 1 Ngawi dalam rangka Diklat PMR WIRA SMARISA NGAWI 2013. Disela-sela kegiatan Diklat di malam harinya para peserta juga diajak untuk berdiskusi tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan oleh  Anang Budiawan, sebagai wakil dari FKH Ngawi. Diharapkan dengan adanya diskusi tersebut dapat menggugah peserta Diklat untuk berperan aktif menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar mereka. Sekaligus, dalam diskusi tersebut, saudara Anang juga memaparkan tentang program-program FKH Ngawi yang sudah dilaksanakan maupun yang masih dalam perencanaan. 

Salah satu yang menjadi ketertarikan peserta adalah tentang adanya program Mari Berkebun yang bertempat di Base Camp FKH Ngawi. Teman-teman dari SMA PGRI 1 Ngawi ini kemudian berkeinginan untuk menggarap salah satu petak lahan yang ada. Maka, pada pagi harinya, Minggu, 22 September 2013, setelah makan pagi peserta Diklat mulai berkegiatan di lahan, dari menyiapkan lahan sampai dengan penanaman bibit tanaman.  Jenis tanaman yang mereka tanam adalah Pepaya California, yang di indonesia telah dimuliakan menjadi varietas Calina atau juga IPB-9. Pepaya ini adalah hasil pemuliaan PKBT - IPB.
 
Peserta sangat antusias dalam kegiatan ini. Keceriaan, canda-tawa selalu terlihat pada wajah peserta, yang merupakan murid-murid pelajar dari SMA PGRI 1 Ngawi. Kegiatan ini semoga bisa menjadi pengalaman dan pengetahuan peserta agar lebih berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan alam.    


Senin, 15 Juli 2013

Penyempurnaan Peta Hijau Kota Ngawi 2013



Peta Pusaka Hijau Ngawi, Memetakan Kearifan Lokal untuk Kelestarian Alam


Di dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) tahun 2013, Forum Komunitas Hijau Ngawi (FOKHIN) diberi kesempatan untuk menyempurnakan Peta Hijau Kota Ngawi, yang kemudian oleh FOKHIN dinamakan Peta Pusaka Hijau Ngawi. Peta Pusaka Hijau Kota Ngawi disusun dengan tujuan utama untuk menggali dan memunculkan kembali potensi alam dan budaya masyarakat Ngawi yang berkenaan dengan kelestarian alam. Diharapkan dengan adanya Peta tersebut masyarakat Kota Ngawi mengenal lebih dekat potensi-potensi yang ada disekitarnya, sehingga masyarakat lebih bisa menghargai potensi-potensi lingkungan sekitar, untuk berperilaku sosial yang bertanggung jawab kepada lingkungan, kaya secara budaya, sadar ekologi, serta dapat menyadarkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi serta menjaga potensi sumberdaya alam yang dimiliki. 

               

Penandaan dalam pemetaan ini diprioritaskan pada tempat-tempat yang berhubungan dengan 8 atribut kota hijau (Green Waste, Green Building, Green Transportation, Green Energy, Green Planning & Design, Green Water, Green Open Space, Green Community). Ada 2 hal penting yang menjadi perhatian FOKHIN di dalam pemetaan tersebut, diharapkan nantinya akan bisa menjadi ciri khas Peta Pusaka Hijau Kota Ngawi. Dua hal tersebut adalah tempat-tempat berupa Ruang Terbuka Hijau yang telah dibangun oleh pemerintah Ngawi ditambah dengan sumber-sumber air atau tempat-tempat bersejarah yang ada (Sendang, Belik, dan Punden dan lain sebagainya).
              

Ruang Terbuka Hijau yang dibangun pemerintah Ngawi merupakan pemanfaatan lahan pada suatu kawasan yang diperuntukan untuk penghijauan tanaman, sehingga memberikan kenyamanan kepada masyarakat untuk bersosialisasi di ruang terbuka. Biasanya RTH yang dibangun pemerintah mempunyai fasilitas-fasilitas umum seperti permainan anak-anak dan olah raga.






              

Disamping RTH yang dibangun oleh pemerintah, FOKHIN juga tertarik kepada budaya setempat yang telah melahirkan kearifan lokal untuk menjaga kelestarian lingkungan dan alam. Salah satu budaya masyarakat yang menjadi ketertarikan FOKHIN adalah budaya Nyadran atau Bersih Desa, yang terbukti efektif sebagai sarana untuk mengajak masyarakat sekitar menjaga (jawa : nguri-uri) ekosistem (Alam dan Budaya) yang ada di lokasi tersebut. Biasanya budaya masyarakat ini dilaksanakan di tempat-tempat tertentu seperti sendang, belik dan punden. Sendang atau Belik merupakan istilah Bahasa Jawa untuk menyebut sumber air, di lingkungan sumber air tersebut biasanya terdapat ekosistem vegetasi. Punden berasal dari kata “pepunden” (jawa:nenek moyang yang dihormati) adalah istilah untuk menyebut tempat bersejarah yang diyakini oleh masyarakat sebagai tempat keramat bersemayamnya “penunggu” daerah tersebut, biasanya di lokasi punden terdapat pohon besar atau peninggalan sejarah (Arkeologi) yang berhubungan dengan cikal-bakal berdirinya daerah tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap mitos yang ada, di sendang, mbelik, dan punden telah membawa masyarakat di daerah itu untuk menjaga dan merawat (Jawa : Nguri-uri) ekosistem di lingkungan lokasi tersebut. Akan tetapi  seiring perkembangan jaman, sebagian masyarakat telah meninggalkan budaya nyadran dan bersih desa tersebut, sehingga kearifan lokal untuk “nguri-uri” tempat-tempat tersebut ikut pudar pula. Hal inilah yang menjadi dasar ketertarikan FOKHIN untuk mengangkat kembali kearifan lokal yang ada ke dalam Peta Pusaka Hijau Kota Ngawi agar masyarakat kembali peka dan peduli terhadap lingkungan disekitarnya.



Rabu, 05 Juni 2013

Pikirkan Sebelum Kita Makan, dan Selamatkan Lingkungan Kita

Menurut FAO, tiap tahun, untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup manusia modern dengan industrialisasi produk makanan, telah menyebabkan sedikitnya 1,3 miliar ton makanan yang tidak terkonsumsi dan terbuang percuma. Padahal  1 dari 7 orang di dunia harus rela tidur dalam keadaan lapar dan lebih dari 20.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap hari karena kelaparan.
 

Dampak dari limbah makanan bukan hanya kerugian secara finansial saja. Namun limbah makanan juga berdampak buruk bagi lingkungan. Semakin banyak sisa makanan yang terbuang berarti juga semua sumber daya dan input yang digunakan dalam produksi semua makanan juga hilang, semakin besar pemborosan terhadap penggunaan bahan kimia (pupuk dan pestisida), sumber daya alam (semisal air), serta makin banyak bahan bakar yang dihabiskan untuk transportasi. Sebagai contoh, dibutuhkan sekitar 1.000 liter air untuk memproduksi 1 liter susu dan sekitar 16.000 liter air masuk ke dalam makanan sapi untuk membuat sebuah hamburger.  Semakin banyak makanan membusuk pun akan menghasilkan lebih banyak metana, salah satu gas rumah kaca yang paling berbahaya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Metana mempunyai kontribusi menghasilkan gas rumah kaca 23 kali lebih besar dibanding CO2. Jumlah besar makanan pergi ke tempat pembuangan sampah membuat kontribusi yang signifikan terhadap pemanasan global. Bahkan, produksi pangan global menempati 25% dari seluruh lahan layak huni dan bertanggung jawab untuk 70% dari konsumsi air tawar, 80% dari deforestasi, dan 30% dari emisi gas rumah kaca. Ini adalah salah satu penyebab terbesar hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan penggunaan lahan.
 

Maka dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup 2013 (5 Juni 2013) mari kita cermati dampak lingkungan yang diakibatkan dari pilihan jenis makanan kita. So, Think.Eat.Save – Reduce Your Foodprint; think before you eat and help save our environment! (dirangkum dari beberapa sumber)

Jumat, 24 Mei 2013

Aktifitas di Base Camp



Bercocok Tanam dan Memelihara Ikan di "Base Camp" FKH Ngawi

Base Camp Forum Komunitas Hijau Ngawi
yang berlokasi di sekitaran Terminal Kertonegoro Ngawi (Januari 2013)


Ruang Terbuka Hijau Kertonegoro digagas oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi di atas tanah seluas sekitar 0,8 Hektar yang terletak di Jalan Ir. Sukarno, Ngawi, sekitaran Terminal Kertonegoro. Berbeda dengan Ruang Terbuka Hijau lainnya yang telah ada, RTH Kertonegoro sengaja dibuat untuk pusat kegiatan Forum Komunitas Hijau Ngawi (FOKHIN). Perlu kita ketahui bahwa FOKHIN terbentuk dari hasil Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) 2012 di Kabupaten Ngawi. Dapat dikatakan bahwa RTH Kertonegoro merupakan salah satu support dari Pemerintah Kabupaten Ngawi kepada FOKHIN sebagai pusat kegiatan dan sekretariat  komunitas. Selain diberikan hak pengelolaan lahan RTH, FOKHIN juga mendapatkan dana hibah dari Pemda Ngawi sebagai modal untuk mengelola lahan tersebut. Diharapkan dengan mengelola lahan di RTH tersebut, FOKHIN bisa lebih mandiri dalam berorganisasi.
                Dengan fasilitas lahan yang telah dibuat berupa persemaian/pembibitan tanaman, pertanian holtikultura, serta kolam ikan air tawar, ditambah dengan dana hibah dari pemerintah untuk mengelola kawasan tersebut, maka FOKHIN mempunyai agenda kegiatan di dalam RTH Kertonegoro berupa :
  1. Penghijuan di sekitar RTH
  2. Pengelolaan Persemaian/Pembibitan Tanaman
  3. Pengelolaan Kolam Air Tawar
  4. Pengelolaan Pertanian Holtikultura
  5. Pelatihan/Edukasi tentang lingkungan kepada masyarakat
  1. PENGHIJAUAN
Dibantu oleh dinas terkait dalam hal ini Dinas PU BMCK dan BAPPEDA serta Dinas Lingkungan Hidup, kawasan RTH telah ditanami berupa tanaman keras dan tanaman hias (Matoa, Sawo Kecik dan Palem). Jenis tanaman produktif saat ini masih dalam perawatan untuk pertumbuhannya. Diharapkan dengan adanya tanaman produktif ini lahan yang semula berupa tanah persawahan bisa menjadi lebih hijau dan dapat menjadi habitat beberapa binatang. 

Penanaman Pohon Palm dan Tabepuya untuk penghijauan  di sekitar Base Camp



  1. PERSEMAIAN/PEMBIBITAN TANAMAN
Green House Sederhana.
Kegiatan ini diawali dari pembuatan pupuk kompos dan pengadaan bibit, kemudian diperbanyak dan ditanam di polibag-polibag yang selanjutnya dirawat dalam green-house, hingga tanaman cukup layak untuk ditanam di lahan. Green-house berupa paranet yang diberi kerangka bambu sehingga cukup teduh untuk tanaman-tanaman yang baru disemai biar bisa tumbuh. Hasil awal dari persemaian / pembibitan dimanfaatkan untuk penghijauan RTH dan sebagai bibit untuk lahan pertanian holtikultura yang ada di kawasan RTH.
Pembuatan Pupuk Kompos untuk Persemaian dan Pembibitan.




    3.   KOLAM IKAN AIR TAWAR
Kolam ikan sebagai media pembelajaran kepada anak-anak.


Kolam air tawar di RTH Kertonegoro berjumlah 8 Kolam yang masing-masing kolam berukuran 3 X 5 m dengan kedalaman rata-rata 1 m. Fungsi dari kolam-kolam tersebut adalah sebagai sarana edukasi ekologi air serta terciptanya skill-individual wirausaha yang berbasis kepada kepedulian dan kelestarian alam sebagai sistem penunjang kehidupan (lifelihood support).



  1. PENGELOLAAN PERTANIAN HORTIKULTURA.
Mari Berkebun


Pertanian holtikultura dalam linkungan RTH memiliki beberapa fungsi :
·         Fungsi sosial dan budaya          
Ø  Sebagai ekspresi budaya lokal yakni agriculture.
Ø  Media komunikasi warga kota.
Ø  Tempat rekreasi.
Ø  Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan tentang alam.
·         Fungsi ekonomi
Ø  Mampu menghasilkan tanaman pangan yang memiliki nilai ekonomis.
Ø  Sebagai penunjang (support) / sumber dana bagi kebutuhan dan keberlangsungan RTH.
·         Fungsi estetika
Ø  Menciptakan keserasian / keseimbangan lingkungan antara rasio area terbangun (gedung dsb) dengan area hijau.
Ø  Menstimulasi kreativitas serta produktivitas warga kota dalam bidang kelestarian lingkungan.


  1. PELATIHAN / EDUKASI TENTANG LINGKUNGAN KEPADA MASYARAKAT
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan perlu ditanamkan sejak usia dini. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya pembangunan kota maka kesadaran lingkungan mulai tergusur, banyak orang dewasa memberikan contoh sikap yang kurang baik dan kemudian dicontoh oleh generasi penerus. Kebiasaan seperti inilah yang ingin dirubah oleh Komunitas hijau sebagai duta kelestarian lingkungan khususnya di Kabupaten Ngawi. Pengetahuan  SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik diharapkan mampu mengatasai berbagai masalah-masalah  lingkungan di kemudian hari.  Salah satu kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah setiap hari Kamis sore di sini diadakan Mari Menggambar untuk anak-anak yang dibimbing oleh Tulus Rahadi, seniman alumnus ISI Yogyakarta.

Mari Menggambar Tiap Hari Kamis
Mengenalkan kepada anak-anak tentang pertanian hotikultura.

Rabu, 15 Mei 2013

Peringatan Hari Bumi 2013


Lomba Mewarnai Dalam Rangka Hari Bumi 2013

 

 

 


Dalam rangka memperingati hari bumi 22 april 2013, Forum Komunitas Hijau Ngawi (FORKHIN) berkerja sama dengan beberapa instansi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta Taman Kanak-kanak (TK) menyelenggarakan acara dalam bentuk “Lomba Mewarnai” yang bertemakan “LINGKUNGAN HIJAU”. Lomba ini terbagi menjadi 2 (dua) kategori : kategori A dan kategori B masing-masing dibedakan menurut umur.
Adapun instansi pendidikan yang dilibatkan dalam acara ini adalah sekolah TK yang berada di sekitar lingkungan Base Camp, dengan maksud salah satunya untuk mensosialisasikan Komunitas Hijau kepada masyarakat sekitar. 
Beberapa partisipan sekolah tersebut adalah :

NO
NAMA SEKOLAH
A
B
1
TK. DHARMA WANITA
7
6
2
TK. GARUDA SAKTI
8
7
3
TK. PERWANIDA
20
20
4
TK. KARTIKA IV-24
6
9
TOTAL
41
42



Tropy yang diperebutkan sebenarnya cukup sederhana, hanya berupa hadiah hiburan sebagai motivasi anak-anak agar lebih giat belajar. Inti dari lomba yang diselenggarakan adalah :
ü  Mengasah keterampilan anak dalam mengapresisasikan suatu gagasan kreatifitas.
ü  Memperkenalkan anak-anak serta orang tua mengenai pelestarian lingkungan.
ü  Memberikan output positif kepada masyarakat terhadap eksistensi komunitas hijau.
 Acara ini juga diramaikan dengan penampilan pembacaan dongeng tentang pentingnya memelihara alam oleh saudara Danin.


Sebagai hiburan untuk para orangtua peserta, Komunitas Hijau memperkenankan ibu-ibu memanen sayuran yang terdapat pada lahan hortikultura. Oleh-oleh diluar dugaan inilah yang membuat para orangtua peserta lomba antusias dalam mengikuti perkembangan RTH.


Kegiatan sosial ini merupakan salah satu bagian dari beberapa program edukasi komunitas hijau kepada masyarakat yang akan diselenggarakan secara berkelanjutan (continue).